Friday, 10 May 2024

BPDPKS Dan Aspekpir Perkenalkan Budidaya Sapi Melalui Siska

news24xx


BPDPKS Dan Aspekpir Perkenalkan Budidaya Sapi Melalui SiskaBPDPKS Dan Aspekpir Perkenalkan Budidaya Sapi Melalui Siska
https://swastikaadvertising.com/

NEWS24.CO.ID - Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) dan Asosiasi Petani Kelapa Sawit Perusahaan Inti Rakyat (Aspekir) Indonesia kembali bersinergi.

Kali ini mereka memperkenalkan manfaat ekonomi dan bisnis budidaya sapi melalui Sistem Integrasi Sapi dan Kelapa Sawit (Siska).

Sosialisasi ini diselenggarakan dalam bentuk Workshop Usaha Kecil Menengah dan Koperasi (UKMK) di Palu, Sulawesi Tengah (Sulteng).

Petani plasma itu berasal dari Kabupaten Donggala, Buol, Parigi Mountong, Sigi, dan Tolitoli.

Asisten II Bidang Perekonomian dan Pembangunan Pemerintah Provinsi Sulteng Rudy Dewanto menjelaskan, Siska merupakan suatu program yang mengintegrasikan sapi potong dengan kelapa sawit melalui konsep menempatkan dan mengusahakan sejumlah ternak tanpa mengurangi aktivitas dan produktivitas tanaman.

Rudy mengakui, budidaya sapi pola Siska belum begitu familiar bagi petani sawit, khususnya petani sawit plasma di Sulteng.

Padahal, program ini sangat baik dilaksanakan untuk mendukung terwujudnya swasembada daging di Sulteng.

Baca juga : BPDPKS-Aspekpir Indonesia Kolaborasi Hilirisasi Sawit Bidang Industri Kosmetik

Ia berharap, melalui kegiatan sinergi BPDPKS-Aspekpir Indonesia dapat melahirkan inisiatif dan inovasi guna memperkuat ekosistem UKMK petani sawit plasma dengan mendorong kelembagaan untuk memproduksi pupuk organik dan pakan ternak melalui budidaya sapi pola Siska.

“Harapan kami sangat besar terhadap sistem Siska ini,” kata Rudy, membuka Workshop.

Di Provinsi Sulteng, luas perkebunan kelapa sawit mencapai 150 ribu hektare atau hampir 1 persen dari luas perkebunan kelapa sawit nasional yang mencapai 16 juta hektare dan tersebar di sejumlah kabupaten dengan kemampuan produksi tandan buah segar mencapai 400 ribu ton per tahun.

Rudy menjelaskan, kehadiran Ibu Kota Nusantara akan berdampak meningkatnya kebutuhan pangan, termasuk daging sapi yang harus disiapkan karena bertambahnya jumlah orang yang akan tinggal di kawasan IKN.

Sulteng turut berperan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Dia berharap, Siska dapat menjadi salah satu pola akselerasi memperbesar produksi daging sapi guna memasok kebutuhan IKN.

Wakil Menteri Pertanian era 2011-2014 Dr Rusman Heriawan mengatakan, jumlah populasi sapi periode 2013-2023 turun dari 13,13 juta ekor menjadi 11,32 juta, atau 13,79 persen.

Pulau Jawa masih mendominasi jumlah populasi sapi Tahun 2023 sebesar 5,23 juta ekor, atau 46,19 persen dari total Indonesia. Sedangkan Sulteng hanya 207,3 ribu atau 1,83 persen.

Baca juga : 98,2 Persen Pemudik Bertiket Saat Tiba Di Pelabuhan

Siska menjadi komponen penting dalam mendukung implementasi Rencana Aksi Nasional Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan (RAN-KSB) sesuai Inpres No 6 tahun 2019.

Siska yang diperkenalkan tahun 2010, hingga kini masih belum berkembang luas.

Sebab, para pemilik kebun masih ragu adanya dampak negatif Siska. Seperti penyebaran genoderma, atau pemadatan tanah. Meski sebenarnya banyak studi telah mematahkan keraguan ini.

Tenaga Ahli Menteri Pertanian Prof Dr Ir Ali Agus mengatakan, integrasi sapi dalam perkebunan sawit memberi manfaat nyata dari aspek ekonomi dan lingkungan untuk mendukung pembangunan berkelanjutan.

Keberhasilan introduksi model integrasi sawit-sapi tergantung pada intensitas dan keberlanjutan pendampingan langsung untuk memastikan teknologi transfer sukses diadopsi petani/peternak.

Senior Analis Divisi UKMK BPDPKS Anwar Sadat menjelaskan, jika BPDPKS senantiasa mendukung kegiatan budidaya sapi Siska melalui kegiatan kolaborasi bersama dan wujud nyata misi BPDPKS dalam menjalankan kebijakan pemerintah dalam program pengembangan kelapa sawit berkelanjutan melalui penghimpunan, pengembangan dan penyaluran dana sawit yang terpadu dan tepat guna secara profesional dan akuntabel.

Program-program tersebut adalah pengembangan sumber daya manusia, penelitian dan pengembangan, promosi, peremajaan sawit rakyat, sarana dan prasarana, pemenuhan kebutuhan pangan, hilirisasi industri perkebunan kelapa sawit dan penyediaan, serta pemanfaatan bahan bakar nabati.

Baca juga : TNI AD Sisir Material Ledakan Gudmurah, Komisi I DPR: Selalu Waspada

Pada workshop tersebut, petani sawit plasma Sulteng diajak mengikuti fieldtrip untuk melihat langsung sentra budidaya sapi.

Juga diajarkan bagaimana membuat pupuk organik yang manfaatnya dapat meningkatkan kesuburan tanah pada tanaman kelapa sawit.

Bendahara Umum Aspekpir Indonesia Sutoyo mengatakan, organisasinya sangat konsen dalam rangka mengembangkan budidaya sapi melalui pola Siska bersama industri terkait lainnya.

Seperti industri pakan ternak dan pembuatan pupuk organik berbasis kelapa sawit yang diperuntukkan bagi petani sawit plasma anggota Aspekpir di seluruh Indonesia.

Menurut Sutoyo, rangkaian Workshop Penguatan UKMK Petani Sawit Plasma Melalui Pembuatan Pupuk, Pakan Ternak dan Integrasi Sawit Sapi (Siska) ini memang dirancang untuk membangkitkan kembali sistem Siska dalam kegiatan budidaya sapi guna mewujudkan swasembada daging.

“Pola Siska ini sudah berkembang di sejumlah sentra sawit pola plasma di Indonesia,” pungkasnya.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat NEWS24.CO.ID News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Sumber : rm.id





Loading...