NEWS24.CO.ID - Meski sudah berusia 100 tahun, Kakek Khoerudin masih bersemangat berjualan lumpia khas Semarang di Kota Bandung, Jawa Barat.
Tepatnya, dia berjualan di bahu Jalan Guntursari Wetan, Kecamatan Lengkong, Kota Bandung.
Sudah berjualan sejak tahun 1950-an, jualan Kakek Khoerudin terbilang masih laris hingga kini.
Kakek yang akrab disapa Aki itu pun masih cekatan melayani pelanggan.
Kepada TribunJabar.id, dia mengaku mampu menjual 170 buah lumpia kering dan 30 porsi lumpia basah per harinya.
Untuk harga, lumpia kering dibanderol Rp 2.500 per buah, sedangkan lumpia basah dihargai Rp 12.000 per porsi.
Baca juga: MPLS atau Ospek SMP di Sukabumi Memakan Korban, Seorang Siswa Tewas Tenggelam di Sungai
Resep asli dari Semarang
Resep lumpia jualannya asli didapatkan dari Semarang.
Itu pula yang membuat rasanya orisinil seperti layaknya lumpia yang diproduksi di Semarang langsung.
Hal itu tak lepas dari pengalamannya bekerja di tempat produksi lumpia di Semarang sewaktu muda.
"Tahun 50-an pas muda, saya bekerja di tempat produksi lumpia di Kota Semarang, dekat Simpang Lima, ada patung kuda, saya lupa namanya. Terus saya keluar dan pulang untuk jualan lumpia di Bandung."
"Jadi lumpia yang saya jual ini, resepnya adalah resep asli dari Semarang, dibawa ke Bandung," katanya saat ditemui di sela melayani pembeli, kemarin.
Baca juga: Fraktur Penis, Patahnya Organ Genital Pria Akibat Berhubungan Sembarangan, Bisa Disertai Suara Retak
Berpindah lokasi jualan
Aki Khoerudin mengatakan awalnya ia berjualan di kawasan Braga, Asia Afrika, dan sekitar pusat Kota Bandung.
Kemudian karena sering diburu penertiban, ia pindah berjualan keliling ke kawasan Ciwastra, Buahbatu, dan Kawaluyaan.
Sejak 9 tahun lalu, ia hanya berjualan di Jalan Guntursari Wetan, setelah tidak mendapat tempat di Jalan Buahbatu dekat supermarket setempat.
"Lumayan dekat rumah di Gumuruh, tiap hari bawa roda ke sini. Kalau tentang keluarga saya, saya sudah tiga kali menikah karena dua istri sebelumnya meninggal, dan punya lima anak yang hidup sampai sekarang, ada 17 cucu, kalau cicit berapa puluh ya," kata Aki sambil tertawa.
Baca juga: Gara-gara Nasi Kotak Pemberian Anggota DPRD, Ratusan Warga Cimahi Keracunan, Sampai Dirujuk ke RS
Sudah berusia 100 tahun
Aki menceritakan, tidak jarang pelanggan menanyakan usianya. Selain keriput di wajah dan tangannya yang tampak, ia tidak tahu pasti berapa tahun usianya.
Ia hanya ingat bahwa 1923 adalah tahun kelahirannya, artinya tahun ini ia sudah genap berusia 100 tahun.
Ia mengatakan sudah tiga kali mengalami pengurangan usia secara administrasi dengan alasan pekerjaan dan kebutuhan lainnya.
Ia pun mengaku sebanyak tiga kali ikut pelatihan militer saat zaman kemerdekaan di Pangalengan dan Bandung.
"Alhamdulillah selalu diberi kesehatan dan kekuatan oleh Allah. Mau kerja atau usaha di mana pun, asalkan berkah. Kebetulan saya bisa buat lumpia, ya bikin lumpia saja."
Baca juga: Kapan Prediabetes Berkembang Jadi Diabetes? Simak Penjelasan Dokter Berikut Ini
"Pakai resep yang dipakai ya yang waktu di Semarang. Sampai sekarang, setelah puluhan tahun, berusaha konsisten dan menjaga rasa dan kualitas," kata Aki Khoerudin.
Selama bulan Ramadan di sepanjang pinggiran jalan Karawitan yang menyambung dengan Guntursari Wetan memang dengan mudahnya masyarakat menjumpai gerobak-gerobak penjual lumpia.
Namun di hari-hari biasa, tampaknya hanya Aki Khoerudin yang setia menjual lumpia basah dan kering di kawasan ini.
Hari semakin siang, pembeli kian ramai. Aki Khoerudin biasanya menutup gerobaknya pada siang hari setelah berjualan sejak pukul 07.00 WIB.
Kemudian ia pun kembali pulang ke rumahnya di kawasan Gumuruh, menyiapkan untuk berjualan keesokan harinya.
(TribunHealth.com/TribunJabar.id)
Sumber : TRIBUNNEWS.COM