Friday, 19 Apr 2024

Obesitas Digolongkan sebagai Penyakit: Dapat Memicu Penyakit Lain, Termasuk Masalah Kesuburan

news24xx


Obesitas Digolongkan sebagai Penyakit: Dapat Memicu Penyakit Lain, Termasuk Masalah KesuburanObesitas Digolongkan sebagai Penyakit: Dapat Memicu Penyakit Lain, Termasuk Masalah Kesuburan
https://swastikaadvertising.com/

NEWS24.CO.ID - Kementerian Kesehatan, melalui rilis resminya di situs sehatnegeriku.kemkes.go.id menyebut bahwa obesitas termasuk penyakit.

Fakta ini bertolak belakang dengan anggapan sebagian masyarakat bahwa obesitas bukan penyakit.

Malahan masyarakat kerap menganggap anak-anak yang gemuk terlihat lucu dan menggemaskan.

Padahal obesitas merupakan penyakit yang dapat memicu komplikasi.

Dilansir TribunHealth.com dari rilis Kemenkes, berikut ini fakta-fakta obesitas.

Terjadinya obesitas

Kemenkes menjelaskan, obesitas merupakan suatu kelainan atau penyakit yang ditandai dengan penimbunan jaringan lemak tubuh yang berlebihan.

Terjadinya obesitas disebabkan oleh ketidakseimbangan antara asupan energi dengan keluaran energi.

Hal ini memicu kelebihan energi yang selanjutnya disimpan dalam bentuk jaringan lemak.

Baca juga: Penyakit Asam Urat Kian Berbahaya jika Dialami Penderita dengan Obesitas, Ini yang Bisa Terjadi

Gejala

Gejala klinis obesitas yang dijumpai mulai dari bagian atas tubuh yaitu pada kepala wajah bulat, pipi tembem, dagu rangkap.

Pada leher tampak pendek dan terdapat bercak kehitaman di belakang leher, perut membuncit disertai dinding perut yang berlipat-lipat.

Digolongkan penyakit

Obesitas digolongkan penyakit yang perlu intervensi secara komprehensif.

Selain memberikan dampak terhadap penyakit tidak menular obesitas juga berdampak kerugian ekonomi yang dipicu oleh biaya perawatan yang tinggi.

Baca juga: Obesitas Dikaitkan dengan Belasan Penyakit Kanker, Waspadai Peningkatan Berat Badan

Jadi 'pintu masuk' berbagai penyakit lain

Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dr. dr. Maxi Rein Rondonuwu, DHSM, MARS mengatakan obesitas menjadi faktor risiko terhadap penyakit-penyakit tidak menular antara lain diabetes, jantung, kanker, hipertensi, penyakit metabolik dan non metabolik lainnya, serta berkontribusi sebagai penyebab kematian tertinggi.

“Obesitas merupakan masalah global, sekitar 2 miliar penduduk dunia dan mengancam kesehatan masyarakat termasuk di Indonesia. Pada tahun 2030 itu diperkirakan 1 dari 5 wanita dan 1 dari 7 pria akan hidup dengan obesitas,” ujar Dirjen dr. Maxi pada konferensi pers Hari Obesitas Sedunia 2023, Senin (6/3).

Pemerintah telah mengatur kandungan gula, garam, dan lemak pada produk makanan olahan maupun makanan siap saji.

Hal ini merupakan salah satu cara bagaimana pemerintah mengatasi obesitas dan menghindari komplikasi.

Perlu kerja semua sektor

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular dr. Eva Susanti, S.Kp, M.Kes mengungkapkan permasalahan obesitas ini harus melibatkan lintas sektor.

“Sudah ada Perpres tentang Gerakan Masyarakat Hidup Sehat di mana kita perlu mengupayakan masyarakat Indonesia menjadi masyarakat sehat dan berdaya guna,” ucapnya.

Dapat terjadi pada anak

Obesitas dapat terjadi di semua umur, tak terkecuali anak.

Obesitas pada anak didiagnostik dengan antropometri melalui penimbangan berat badan, pengukuran panjang atau tinggi badan, lalu menghitung indeks massa tubuh dengan rumus BB/TB dalam meter.

dr. Winra Pratita, M.Ked(Ped), SpA(K) dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menjelaskan obesitas pada anak dapat dicegah dengan memberi makanan yang sehat mengandung protein, lemak, vitamin, mineral, dan karbohidrat yang seimbang. Jangan yang berlebihan dan harus sesuai porsinya.

“Selanjutnya mengurangi konsumsi gula, dan lebih mengutamakan minum air putih dibandingkan minum minuman-minuman kemasan yang mengandung gula yang tinggi. Disamping itu diiringi dengan aktivitas fisik minimal 30 menit sehari, untuk anak bisa dengan cara mengajak bermain,” ucap dr. Winra.

Selain itu, pastikan anak cukup tidur.

Untuk anak usia 4 – 12 bulan setidaknya tidur 12 – 16 jam, untuk anak usia 1 – 2 tahun tidur 11 – 14 jam, untuk anak usia 3 – 5 tahun tidur 10 – 13 jam, untuk anak 6 – 12 tahun tidur 9 – 12 jam, dan anak remaja usia 13 – 18 tahun itu tidur 8 – 10 jam.

“Kalau sudah obesitas yang harus dilakukan adalah perlu pemantauan supaya tidak terjadi komplikasi,” tutur dr. Winra.

Dapat mempengaruhi kesuburan orang dewasa

Obesitas pada orang dewasa dapat memengaruhi kesuburan.

Himpunan Studi Obesitas Indonesia (Hisobi) dr. Nurul Ratna Mutu Manikam mengatakan hormon estrogen dalam tubuh menyimpan massa lemak tubuh.

Tubuh manusia dapat menyimpan lemak dalam jumlah tak terbatas.

Dengan penyimpanan lemak yang sangat banyak dalam tubuh itu memberikan respons peningkatan kerja dari hormon estrogen.

“Ini yang menyebabkan kenapa kesuburan itu terganggu karena simpanan lemak terlalu tinggi, di samping itu lemak yang terlalu tinggi mengeluarkan sisa-sisa negatif bagi tubuh yang akan mempengaruhi proses mekanisme endokrin atau proses hormonal dalam tubuh sehingga mempengaruhi siklus menstruasi, siklus kesuburannya juga terpengaruh,” ujar dr. Nurul.

Selain itu jumlah akumulasi lemak di dalam perut juga secara mekanik menyebabkan tuba dalam rahim menjadi sempit sehingga proses fertilisasinya akan terganggu.

Sumber: Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik

(TribunHealth.com)

Sumber : TRIBUNNEWS.COM





Loading...