Tuesday, 17 Jun 2025

Daftar Gitaris Indonesia yang Diakui Dunia

news24xx


Foto : VOIFoto : VOI
https://swastikaadvertising.com/

NEWS24.CO.ID -Indonesia adalah penghasil gitaris berbakat.

Sejak tahun 1960-an hingga sekarang, banyak gitaris yang telah membuat blueprint di peta musik tanah air. Deretan karya hingga skill gitar yang mumpuni telah membuat namanya dikenal tidak hanya di tingkat nasional tapi juga internasional. Siapakah gitaris yang namanya sudah diakui dunia?

Dilansir dari VOI, berikut enam gitaris yang diakui dunia :

Dewa Budjana
Siapa yang tidak kenal Dewa Budjana? Selain aktif di grup musik GIGI, Budjana juga produktif merilis karya solo yang berorientasi pada gitar. Ia bahkan kerap berkolaborasi dengan musisi internasional.

Album ketiganya, Surya Namaskar (2014) menampilkan dua musisi internasional, Jimmy Johnson (bass) dan Vinnie Colaiuta (drums). Sesi rekaman diadakan pada bulan Januari dan Oktober 2013 di Henson Studio dan Stagg Street Studio, Los Angeles, Amerika Serikat.

Kemudian, di album Hasta Karma yang juga berada di bawah label rekaman Amerika Serikat MoonJune Records, Budjana menggaet vibrafonist legendaris asal New York, Joe Locke dan bagian ritme dari Pat Metheny Unity Group yang beranggotakan Ben Williams (upright bass) dan maestro drum Antonio Sanchez.

Di album berikutnya, Zentuary (2016), gitaris kelahiran Bali ini berkolaborasi dengan Jack DeJohnette (drums), Tony Levin (bass) dan Gary Husband (piano). Di album Mahadini yang rilis tahun 2018 lalu, Budjana kembali masuk jajaran musisi top internasional. Kali ini, ia mengundang Jordan Rudess dari Dream Teather, Mohini Dey, Marco Minnemann, Mike Sterna dan John Frusciante (RHCP).


Read More : AHY Terpilih Kembali Jadi Ketum Demokrat, Perkuat Jalinan dengan Prabowo

I Wayan Balawan
Pria yang akrab disapa Balawan ini dikenal dengan teknik gitarnya yang unik yaitu gaya touch tapping. Mengaku terinspirasi dari Eddie Van Halen, Balawan mengembangkan teknik tappingnya sendiri. Dia memainkan ketukan dengan delapan jari sehingga seperti bermain piano.

Balawan sering tampil di festival-festival di luar negeri, di antaranya di East Meet West Guitarren Festival Edenkoben Jerman (2000), Open Strings Guitar Festival Osnabrueck Jerman (2000), Tour International Guitar Nights di 12 Kota di Jerman (2001).

Kemudian Hell Blues Festival di Trondheim Norwegia September (2001), Hell Blues Festival di Trondheim Norwegia (September 2005), tur Australia 4 kota dengan Batuan Ethnic Fusion (Oktober 2005), Pop Asia Fukuoka Jepang (Oktober 2005) dan Tokyo Asia music Market Tokyo Jepang (2005).

Selain sebagai musisi solo, Balawan juga dikenal sebagai anggota grup Batuan Ethnic Fusion, Trisum, BID (Balawan - Ito - Deva) dan masih banyak lagi lainnya. Bersama BID, gitaris kelahiran Gianyar Bali ini mengeksplorasi touch tapping yang menjadi ciri khasnya dengan gaya petik John McLaughlin yang dibalut tetesan musik rock dan fusion.

Gitaris kelahiran 1973 ini kerap dianggap sebagai salah satu gitaris tercepat di Indonesia. Ia juga dijuluki The Magic Finger, sesuai dengan judul salah satu album solonya.

Gugun
Aksi Gugun bersama trio blues rocknya, Gugun Blues Shelter (GBS) tidak hanya bergema di nusantara dan Asia, tapi juga sampai ke Eropa dan sebagian Amerika. Apalagi setelah GBS merilis album Far East Blues Experience (2011) lewat label rekaman asal New York, Grooveyards Records.

Pria bernama lengkap Muhammad Gunawan ini pernah tampil di panggung Hard Rock Calling di Hyde Park, London, Inggris pada Mei 2011 setelah GBS terpilih sebagai yang terbaik di ajang Hard Rock Battle of Bands. Tak lama setelah itu, Gugun dkk juga melakukan tur mini tour di Inggris termasuk di klub The Monto Water Rats London, yang menjadi lokasi penampilan debut band Oasis pada tahun 1994. Pada November 2012, untuk pertama kalinya, Gugun dan GBS mengadakan tur Amerika selama dua minggu.

Tidak hanya Inggris dan Amerika, setahun sebelum di kontrak oleh Grooveyards Records, Gugun dkk juga sempat tampil di atas panggung bersama Buddy Guy, Gipsy Kings, Jools Holland & His Rhythm and Blues Orchestra serta The Fray pada sebuah acara bertajuk di Singapura yang bertajuk Timbre Rock & Roots.

Eet Sjahranie
Pada akhir tahun 1982 Eet Sjahranie mengambil pendidikan rekaman teknik suara di Chillicote, Ohio. Sekembalinya ke Indonesia, setelah terlibat dalam sejumlah proyek musik, ia diajak oleh Jockey Suryaproyogo untuk bergabung dalam formasi God Bless menggantikan Ian Antono.

Suntikan tangan Eet berhasil mengubah God Bless menjadi band yang lebih segar dan galak di album Giant (1989). Lagu Maret 1989 dan Menjilat Matahari adalah dua bukti paling tepat mewakili keganasan Eet.

Eet kemudian membentuk band hard rock Edane pada tahun 1991. Di Edane, Eet mencurahkan segalanya untuk bermain gitar. Mimpinya adalah membuat musik rock Indonesia yang - paling tidak - kualitas musiknya sama dengan grup rock Barat yang ingin diraihnya.

Pada tahun 2004, lagu Edane, Cry Out, dimasukkan dalam album kompilasi soundtrack untuk film Spider-Man 2. Semua orang mengaku, Eet berhasil menciptakan musik rock berkualitas. Ujung jarinya yang berteknologi tinggi dan eksperimen distorsi suaranya yang kaya membuat kesan pada tujuh album Edane.



Read More : Jaksa Ungkap Skandal Korupsi PT. Pertamina, Dirut Kedua Ditetapkan Tersangka

Tohpati
Produktivitas Tohpati sebagai gitaris dan penulis lagu di luar akal sehat. Pria yang akrab disapa Bontot ini telah meluncurkan sejumlah album yang fenomenal. Ada Trisum Five in One (Trisum), No.1 (Supersonic), Riot (Tohpati Bertiga), The 6th Story (SimakDialog), Mata Hati (Ethnomission), album solo Song For You dan banyak lagi lainnya.

Khusus pada album Song For You, Tohpati membawakan lagu Change, hasil kolaborasinya dengan band jazz fusion asal Los Angeles, California, Yellowjackets. Lagu ini direkam pada tahun 2008 saat Yellowjackets singgah di Jakarta untuk diputar di acara JakJazz bersama Tohpati.

Tohpati juga merilis album Tribal Dance (2019) yang menampilkan dua musisi asing Jimmy Haslip dan Chad Wackerman. Album tersebut diluncurkan pada 2019 melalui label AS MoonJune yang didistribusikan di Indonesia melalui DeMajors.

Referensi dan pengaruh Terje Rypdal, John McLaughlin, John Scofield, dan Robert Fripp sepanjang karir musik Bontot telah membentuknya menjadi seorang gitaris dengan gaya khas yang khas. Lewat album kedua Ethnomission, Mata Hati, misalnya, Bontot seolah berseru lantang kepada dunia gitar bahwa dirinya memiliki kekuatan dan kepiawaian yang pantas diperhitungkan di pentas musik dunia.

Iwan Hasan
Sebagai multi instrumentalis yang menguasai harpa gitar, gitar, keyboard, dan komposer, Iwan Hasan merupakan fenomena yang mengukir nama Indonesia di kancah internasional sejak awal tahun 90-an.

Di Indonesia, selain mendirikan band progressive rock Discus pada 1996, Iwan juga menjadi kunci sukses sejumlah lagu dan album Ungu dan ST12. Setelah keluar dari Discus, Iwan menjadi dalang dari band jazz Chamber Jazz dan band pop rock bernama Atmosa.

Iwan pun ikut ambil bagian dalam album kompilasi gitar bertajuk Gitar Klinik I (1999) gawean RotorCorp bersama sejumlah gitaris papan atas tanah air seperti Eet Sjahranie, Edo Widiz dan Andry Muhamad. Permainan gitarnya dalam lagu Transcultural Echoes on 33 Strings diakui oleh banyak gitaris era selanjutnya sebagai komposisi yang sangat menginspirasi.

Iwan Hasan memilih instrumen gitar harpa sebagai "belahan jiwa" -nya ketika ia bersekolah di sekolah musik di Willamette University, Oregon, Amerika Serikat pada tahun 1991. Profesornya, John Doan, yang membuatnya tertarik memainkan alat musik produksi Renaissance ini. . Namun, tidak seperti kebanyakan musisi gitar harpa dunia yang memainkan gitar harpa 20 senar, Iwan memilih gitar harpa 21 senar dengan menambahkan kunci E sebagai kunci terendah.

Di periode yang sama, Iwan juga menerima Penghargaan Mahasiswa Musik Berprestasi dari sekolahnya. Penghargaan itu diberikan bukan karena Iwan mengikuti sayembara atau perlombaan. Namun, Iwan lebih 'rakus' dalam keseharian dan kesehariannya mengejar kombo jazz, klasik dan gubahan.

Iwan kemudian menjadi satu-satunya musisi Asia yang terlibat dalam album kompilasi bertajuk Beyond Six Strings yang dirilis di Negeri Paman Sam pada 2008 itu.





Loading...