Thursday, 09 Oct 2025

8 Mitos Tentang Imunisasi Pada Bayi yang Perlu Diluruskan, Cek Faktanya

news24xx


8 Mitos Tentang Imunisasi Pada Bayi yang Perlu Diluruskan, Cek Faktanya8 Mitos Tentang Imunisasi Pada Bayi yang Perlu Diluruskan, Cek Faktanya
https://swastikaadvertising.com/

NEWS24.CO.ID - Masih banyak mitos tentang imunisasi yang berseliweran di masyarakat luas.

Hal ini tentu membuat para orang tua merasa was-was dan merasa takut untuk melakukan imunisasi pada bayinya.

Imunisasi merupakan upaya pencegahan penyakit menular dengan cara meningkatkan sistem kekebalan tubuh anak melalui pemberian vaksin.

Vaksin sendiri adalah virus atau bakteri yang dilemahkan guna merangsang pembentukan zat antibodi dalam tubuh.

Baca juga: 7 Daftar Gula Alami yang Aman untuk Diet dan Menjaga Gula Darah Tetap Stabil

Namun ayah bunda tak perlu khawatir karena efek samping imunisasi akibat mitos yang beredar, sebab lebih banyak manfaatnya.

Berikut beberapa mitos tentang imunisasi yang perlu diluruskan dan fakta yang sebenarnya.

1. Imunisasi menyebabkan penyakit

Ada beberapa bayi yang mengalami demam, sakit kepala, nyeri hingga bengkak di area suntikan setelah melakukan imunisasi.

Namun hal ini merupakan efek samping yang normal dan biasanya akan sembuh sendiri setelah 3-4 hari.

Ayah bunda bisa memberikan obat penurun panas, kompres hangat, dan asi yang cukup.

2. ASI dapat menggantikan vaksin

Mitos kedua yang perlu diluruskan adalah Air susu ibu atau ASI dapat menggantikan vaksin.

Faktanya, perlindungan terhadap penyakit-penyakit hanya bisa didapatkan melalui vaksin, sehingga imunisasi menjadi hak setiap anak.

ASI eksklusif dan makanan dengan gizi seimbang tentu sangat baik untuk bayi, diantaranya untuk antibodi untuk membentuk kekebalan tubuh.

3. Vaksin mengandung bahan berbahaya

Komponen utama pada vaksin adalah antigen, yakni kuman yang sudah dilemahkan untuk merangsang pembentukan sel-sel antibodi dan kekebalan tubuh.

Dikutip dari kemenkes, ada beberapa komponan tambahan dengan kadar rendah dan aman, diantaranya:

4. Vaksin sebabkan autisme

Sempat beredar kabar jika vaksin bisa menyebabkan autisme, ini tentu tidak benar dan hanya mitos belaka.

Faktanya, vaksin yang digunakan dalam program imunisasi nasional sudah mendapatkan rekomendasi NITAG, lulus prakualifikasi WHO, dan lulus uji Badan Pengawasan Obat dan Makanan.

5. Vaksinasi kurang efekfif jika diberikan ketika bapil

Mitos yang perlu diluruskan berikutnya adalah vaksinasi kurang efektif jika diberikan ketika bayi sedang batuk atau pilek.

Faktanya, penyakit ringan seperti batuk, pilek, diare, dan demam ringan tidak memengaruhi seberapa baik tubuh merespons vaksin.

Sebaliknya, jika bayi sedang menderita penyakit serius seperti demam tinggi, disarankan untuk menunda vaksinasi pada anak.

6. Imunisasi cukup dilakukan sekali

Faktanya imunisasi sangat penting diberikan sejak bayi baru lahir hingga berusia 2 tahun.

Ini sesuai dengan jadwal dan jenis imunisasi yang sudah ditentukan oleh Kementerian Kesehatan RI dan Ikatan Dokter Anak Indoensia (IDAI).

7. Imunisasi tidak penting karena penyakit sudah hilang

Mitos yang kerap beredar adalah imunisasi tidaklah penting karena penyakitnya sudah hilang.

Dilansir dari UNICEF, hingga saat ini ada sekitar 20 juta anak di seluruh dunia yang belum imunisasi karena menganggap wabah penyakitnya sudah hilang.

Hal ini berakibat penyakit berbahaya yang dulu bisa dicegah dengan vaksin kini kembali muncu di negara maju dan berkembang.

Jadi para ayah bunda, sebaiknya lengkapi hak anak untuk mendapatkan imunisasi dasar dan tambahan sesuai rekomendasi dari dokter anak. (Tribunhealth.com)

Baca juga: 7 Sayuran Ini Lebih Bergizi Jika Dimasak Sebelum Dikonsumsi

ip-10-0-131-147

Sumber : TRIBUNNEWS.COM





Loading...