Friday, 26 Apr 2024

Disebutkan Bank Dunia, Perekonomian Jokowi Periode II Semakin Suram

news24xx


Ilustrasi. Ilustrasi.
https://swastikaadvertising.com/

NEWS24.CO.ID - Dalam laporan Bank Dunia yang bertajuk “Risiko dan Implikasi Ekonomi Global untuk Indonesia” menyebutkan tentang kondisi perekonomian Indonesia yang lebih mengkhawatirkan dari pada negara-negara Asia Tenggara lainnya.

Bank Indonesia merilis Utang Luar Negeri Indonesia per akhir Agustus sebesar USD393,5 miliar atau setara Rp 5.553,5 Triliun rupiah, angka ini  naik 8,8% dibanding tahun sebelumnya atau year-on-year (YoY). Dan salah satu dampak lainnya adalah berkaitan dengan perang dagang AS dan China.

Melansir dari tabayun.id, laporan Bank Dunia ini mengejutkan Presiden Jokowi. Bahkan Bank Dunia memberikan peringatan keras tentang perekonomian Indonesia di waktu mendatang. pesiarqq

Perang dagang antara China dan AS, akselerasinya terus meningkat, mulai dari perang tarif hingga pada relokasi usaha-usaha AS yang meninggalkan China. 

Seharusnya, relokasi industri AS dari negara China itu memberikan dampak positif bagi Indonesia, tapi tidak begitu kenyataannya. Negara Indonesia tidak menarik bagi investor AS.

Sejak bulan Mei 2019, rencana pembangunan infrastruktur secara besar-besaran disampaikan pemerintah Indonesia. Dan dipaparkan lebih dari USD400 miliar diperlukan untuk proyek pembangunan infrastruktur itu, mulai dari jalan tol, 25 bandara, pembangkit listrik, sarana transportasi, dan lainnnya.

Seharusnya infrastruktur itu menjadi daya tarik investor. Tapi, laporan dari Bank Dunia, banyak hambatan lain yang menghalangi masuknya investor asing ke Indonesia. Mulai dari pembatasan impor, hingga pada aturan arbitrer.


Indonesia juga diyakini bakal menghadapi masalah utang besar-besaran. Termasuk utang BUMN yang cukup jumbo, lantaran dikelola secara salah dan korup.

Nilai transaksi perdagangan Indonesia dengan negara-negara di dunia, mencapai USD33 miliar per tahun. Sementara investasi asing sebesar USD22 miliar, dengan defisit USD16 miliar. Artinya Indonesia membiayai defisitnya dengan masuknya modal dari investor portofolio. Ketika pertumbuhan ekonomi glonal melambat maka sangat berdampak kepada Indonesia.

Diprediksikan, pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) terus menurun karena lemahnya produktivitas dan perlambatan pertumbuhan tenaga kerja. Kondisinya juga diperparah dengan turunnya harga komoditas andalan ekspor Indonesia.

Sedangkan untuk investasi asing langsung (Foreign Direct Investmen/FDI), diperkirakan tidak akan mampir ke Indonesia.Pemodal lebih memilih negara non-tarif dengan aturan nan sederhana. Misalnya, pembatasan pekerja asing, kepastian hukum sektor bisnis, aturan pembatasan impor melalui kebijakan tarif jelas tidak menarik bagi investor.

Industri AS dan sejumlah negara besar, lebih memilih Vietnam, Thailand, Malaysia, Singapura, dan Taiwan untuk memindahkan bisnisnya, daripada ke Indonesia. Di mata pengusaha AS, memindahkan pabrik ke Indonesia lebih beresiko, rumit dan memakan waktu minimal setahun. ‘

Ternyata, tidak hanya AS yang merelokasikan industri dan pabriknya saja dari China. Industri asal Korea Selatan melakukan hal yang sama. Contoh terlihat pada pabrik mesin cuci Korea Selatan pindah dari China ke Vietnam dan Thailand dalam 60 hari setelah AS memberlakukan kenaikan tarif.

Bank Dunia mencatat dari bulan Juni hingga Agustus 2019, terdapat 33 perusahaan yang terdaftar di Cina mengumumkan rencana pendirian atau memperluas usahanya di luar negeri. Dan, 23 di antaranya memilih Vietnam, 10 sisanya tersebar ke Kamboja, India, Malaysia, Meksiko, Serbia, dan Thailand. Dan sejak tahun 2017, tercatat telah 73 perusahaan Jepang memindahkan operasi dari Jepang ke China, dan Singapura ke Vietnam sebanyak 43 perusahaan, Thailand, 11 ke Filipina, dan hanya 10 ke Indonesia.

Mengingat masalah ini, jika terjadi penurunan yang serius, Indonesia menghadapi masalah besar. Kebijakan moneter global, laporan itu mencatat, “kehabisan amunisi – USD17 triliun dalam bentuk obligasi berada pada tingkat bunga negatif.” Dan bukan tidak mungkin, Indonesia menjadi negara yang perekonomiannya terbelakang di level ASEAN, walaupun infrastruktur dikatakan menarik bagi masyarakat dalam negeri.

 





Loading...