Thursday, 25 Apr 2024

Aplikasi TikTok Mengancam Data Pengguna, Sejumlah Negara Ajukan Pelarangan

news24xx


Postingan di Twitter. Postingan di Twitter.
https://swastikaadvertising.com/

NEWS24.CO.ID -Pemerintah di berbagai negara telah melarang penggunaan aplikasi TikTok. Bukan hanya India, tapi Amerika Serikat (AS) juga telah menyampaikan hal yang sama.

Aplikasi TikTok asal China itu diduga kuat hadir sebagai tindak lanjut konflik perang dagang China dengan AS terhadap pemerintahan Presiden Donal Trump.

TikTok dan aplikasi media sosial asal China disebut memiliki keterkaitan langsung dengan Pemerintah China. 

Perusahaan media sosial dianggap sebagai alat negara untuk mengumpulkan data penggunanya dan dimanfaatkan pemerintah asing yang memiliki kepentingan.

Banyak negara yang ingin mendominasi alat media sosial tersebut untuk melakukan infiltrasi dan memberikan pengaruh. Apalagi, media sosial juga bisa menjadi senjata politik yang mumpuni terutama untuk persuasi politik. 

Parahnya, media sosial juga dituding bisa menjadi alat untuk spionase lembaga intelijen tertentu.

Strategi pelarangan media sosial tertentu sebenarnya bukan hanya sentimen dan balas dendam saja. Itu berangkat dari kekhawatiran ketika skandal Cambridge Analytica yang memaksa CEO Facebook Mark Zuckerberg harus menghadapi sidang Senat AS. 

Namun, skandal itu tenggelam. Facebook dan perusahaan raksasa teknologi lainnya juga masih mengumpulkan informasi setiap hari. 

Mereka memiliki informasi mengenai kebiasaan orang, hobi, hingga personalitas yang direkam dan bisa disimpan untuk kepentingan tertentu. Jika perusahaan bisa ingin membuat intrik, profil yang kompleks, ataupun pengategorian dari data penggunanya.

Perusahaan media sosial pastinya bisa dengan mudah memberikan pengaruh terhadap suatu fenomena atau peristiwa tertentu. 

Menggunakan psikografis profil pengguna untuk bisa memahami pengguna media sosial dan mengirimkan pesan tertentu.

Untuk itulah, pemerintah perlu membuat aturan yang jelas dan ketat karena perubahan arus informasi kini berada di media sosial. 

Aktor asing bisa saja bermain dengan kepentingan tertentu untuk memainkan pengaruh melalui iklan dan grup yang dibuat di media sosial. Kepedulian terhadap media sosial sebagai entitas asing sebenarnya merupakan bentuk mitigasi resiko.

Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Mike Pompeo mempertimbangkan akan melarang aplikasi media sosial asal China, termasuk TikTok. 

"Saya tidak ingin mendahului Presiden Donald Trump, tetapi itu sesuatu yang sedang kita pertimbangkan," kata Pompeo dalam wawancara dengan FoxNews, dilansir Reuters.

Pernyataan Pompeo itu di tengah ketegangan AS-China mengenai penanganan wabah virus korona, tindakan China di Hong Kong, dan perang dagang yang telah berlangsung selama dua tahun. AS memang memosisikan China sebagai rival utama dalam pertarungan geopolitik.

“Kita akan menempuh langkah ini dengan serius. Dengan menghormati aplikasi China pada ponsel orang China, saya bisa menjamin kamu bahwa AS juga akan memiliki hak juga,” imbuhnya. 

Pemimpin diplomat AS itu juga mengatakan, masyarakat tak perlu mengunduh aplikasi TikTok. 

"Jika kamu ingin informasi privasimu berada di tangan Partai Komunis China, maka silahkan unduh aplikasi tersebut," katanya.


Juru bicara TikTok menyatakan, TikTok dipimpinan CEO warga negara AS. “Ratusan pekerja TikTok menjamin keamanan, keselamatan produk, dan kebijakannya di AS,” katanya dilansir FoxNews. 

TikTok menegaskan, perusahaannya untuk mendukung keamanan dan keselamatan para penggunanya. “Kita tidak menyediakan data pengguna untuk pemerintah China, dan kita tidak pernah diminta juga,” sebutnya.

Sebelumnya, anggota parlemen AS memberikan perhatian mengenai keamanan nasional mengenai pengelolaan data TikTok. Politikus AS menyebut, TikTok menjadi ancaman keamanan nasional karena memiliki ikatan dengan China. Mereka khawatir jika undang-uncang China mewajibkan perusahaan domestik untuk mendukung dan bekerja sama untuk kerja intelijen yang dikuasai Partai Komunis China. 

Aplikasi TikTok kini berusaha menjaga jarak dari China dan berusaha mencari pelanggan secara global. Mereka juga mengklaim telah independen dari China. 

TikTok mengumumkan bahwa mereka bekerja terpisah dari ByteDance. Server penyimpanan data berada di luar China dan tidak ada data yang berkaitan dengan Undang-Undang China. 

Data pengguna TikTok asal China disimpan pada server di AS, tetapi memiliki cadangan di Singapura. “Tudingan ancaman keamanan nasional tidak bisa dibuktikan,” kata juru bicara TikTok, dilansir dari CNN.

Aplikasi TikTok memang menjadi semakin populer di AS dan negara Barat lainnya. Itu juga menjadi aplikasi media sosial China yang mendapatkan pelanggan dalam jumlah besar di luar negara asalnya. Dalam tiga bulan di tahun 2020 ini, TikTok telah diunduh sebanyak 315 juta kali.

Populer di kalangan anak muda, TikTok memiliki jumlah pengguna maksimum di India, diikuti oleh China dan AS. 

Pengguna TikTok melampaui angka 2 miliar pada kuartal pertama 2020. 

Dari angka 2 miliar itu, India ternyata menjadi pendorong terbesar dengan lebih dari 611 juta unduhan. 

Dalam laporan Tower Sensor, lonjakan popularitas TikTok adalah karena pandemi virus korona baru (Covid-19). Orang-orang menggunakan TikTok sebagai hiburan dan menarik selama masa karantina atau work from home.

Selain AS, Pemerintah Australia juga dilaporkan akan mengajukan keberatan kepada TikTok setelah mengkaji keamanan nasional. 

Canberra diprediksi juga akan menempuh langkah yang sama seperti India. Australia sangat khawatir ketika data pengguna TikTok akan diserahkan kepada pemerintah China. ***





Loading...