Thursday, 25 Apr 2024

Ekonom Faisal Basri Curiga Suntikan Dana Rp 152 Triliun ke BUMN, Ini Alasannya

news24xx


Ekonom Faisal Basri. Ekonom Faisal Basri.
https://swastikaadvertising.com/

NEWS24.CO.ID - Suntikan dana Rp 152 Triliun ke BUMN disaat pandemi corona, mendapat kritikan dari  Ekonom Universitas Indonesia DR Faisal Basri.

Dia   menyebut anggaran stimulus ekonomi menekan dampak pandemi  Covid-19 lebih banyak digunakan untuk menutup kesalahan pemerintah dalam mengelola BUMN. 

Dia mencatat dari Rp405,1 triliun anggaran untuk penanganan pandemi corona, Rp152,15 triliun di antaranya digunakan untuk menyuntik BUMN.

Padahal awalnya pemerintah menyebut dana itu digunakan untuk stimulus UMKM dan dunia usaha.

"Di belakang itu adalah menutup borok-borok yang telah dilakukan pemerintah selama ini lewat BUMN. Bayangkan kalau BUMN gagal bayar, tidak bisa melanjutkan proyek-proyek yang dibebankan kepada mereka, hancur lebur," kata Faisal dalam webinar yang diselenggarakan Kahmipreneur, Senin (1/6), seperti dilansir CNN Indonesia. 


Faisal mengatakan Rp25,27 triliun dikucurkan ke enam BUMN sebagai penyertaan modal negara (PMN). Enam BUMN yang dinaksud adalah PT PLN (Persero), PT Hutama Karya (Persero), PT Bahana Pembinaan Usaha Indonesia (Persero), PT Permodalan Nasional Madani, dan PT Pengembangan Pariwisata Indonesia (Persero).

Kemudian sebanyak Rp94,23 triliun lainnya dikucurkan ke tiga BUMN lewat skema pembayaran kompensasi. Uang itu digelontorkan ke PT Pertamina (Persero), PT PLN (Persero), dan Perum Bulog.


Sementara Rp32,65 triliun diberikan lewat dana talangan investasi ke enam BUMN. Mereka adalah Perum Bulog, PT Garuda Indonesia Tbk, PTPN, PT Kereta Api Indomesia, PT Krakatau Steel Tbk, dan Perum Perumnas.

Faisal menduga sebagian dana suntikan itu dipakai untuk membayar utang BUMN. Dia mencontohkan kucuran Rp650 miliar untuk Perumnas.

Jumlahnya sama dengan utang yang jatuh tempo dari perusahaan perumahan pelat merah itu.

"Disiplin fiskal kita jadi kacau. Jadi untuk menopang proyek-proyek strategis nasional, tidak hanya APBN, tapi juga dibebankan ke BUMN melebihi dari kemampuannya," ucapnya.
 

Faisal menilai pengucuran dana-dana itu tidak tepat. Apalagi dengan dalih dampak ekonomi corona.

Sebab menurutnya banyak sektor lain yang lebih butuh perhatian karena dampak pandemi. Salah satunya, sektor tanaman pangan yang pertumbuhannya anjlok -10,31 persen.

"Saya ingin bertanya kepada kita semua, negara kita mau dibawa ke mana? Berikutnya adalah sebetulnya ini semua tidak ada hubungannya dengan covid," terangnya lagi. 

N24. 





Loading...