Thursday, 05 Dec 2024

Industri Tekstil PHK 64.000 Pekerja, Pengusaha: Lebih Buruk dari Selama Covid-19

news24xx


Industri Tekstil PHK 64.000 Pekerja, Pengusaha: Lebih Buruk dari Selama Covid-19Industri Tekstil PHK 64.000 Pekerja, Pengusaha: Lebih Buruk dari Selama Covid-19
https://swastikaadvertising.com/

NEWS24.CO.ID - Ketua Umum Persatuan Pengusaha Produk Tekstil (PPTPJB)Provinsi Jawa BaratSejak dua pekan lalu, 64.000 pekerja dari 124 perusahaan tekstil di-PHK.

“Situasi ini bagi kami lebih parah daripada [selama] Covid-19. Selama pandemi, kami tahu masalahnya hanya kami tidak dapat melakukan pengiriman tetapi pasar tetap ada. Sementara itu, sampai sekarang, pasar menjadi tidak dapat diprediksi, " ujarnya dalam jumpa pers yang digelar secara virtual pada Rabu, 2 November 2022.


Read More : Cara Budidaya Lobster Air Tawar di Lahan Terbatas, Mulai dari Pembenihan hingga Panen

Dia menjelaskan, PHK terjadi karena penurunan pembelian konsumen, terutama di negara tujuan ekspor terbesar seperti Amerika Serikat dan Eropa. Yan Mei mengatakan di pabriknya, di Kabupaten Bogor, terjadi penurunan permintaan hingga 50 persen sejak April 2022.

Situasinya, menurut Yan Mei, telah berubah menjadi sulit. Pada bulan-bulan berikutnya, permintaan tidak stabil hingga turun hingga 70 persen.

Hingga saat ini, lanjutnya, ada 18 perusahaan tekstil yang tutup sehingga mengakibatkan pemutusan hubungan kerja terhadap sekitar 9.500 karyawan. Jumlah tersebut diperkirakan akan terus bertambah seiring dengan masuknya laporan-laporan baru.

Situasi geopolitik yang tidak dapat diprediksi antara Rusia dan Ukraina juga telah menciptakan gangguan logistik terhadap pasokan makanan internasional. Akibatnya, inflasi bahan pangan dapat terus melonjak dan mendorong masyarakat untuk memprioritaskan belanja pangan sebagai kebutuhan pokok daripada belanja produk tekstil.



Read More : Kemenperin Sebut Industri Makanan dan Minuman di Indonesia Tengah Memasuki Masa Krisis

Jika inflasi makanan menjadi tidak terkendali, Yan Mei mungkin khawatir penurunan pembelian akan terus menurun dan PHK akan terus terjadi. Sedangkan jika PHK terus terjadi, maka proses produksi perusahaan akan sulit. Karena itu, dia berharap pemerintah segera menerapkan kebijakan agar industri TPT bisa terus berproduksi.

“Kita harus terus menyampaikan kepada pemerintah, meminta dicarikan solusi terbaik untuk situasi saat ini,” ujarnya.

Penurunan ekspor juga terjadi pada perusahaan besar seperti Nike, Victoria's Secret, dan lain-lain, klaim Yan Mei. Apalagi, tingkat penurunannya kini mencapai 40 hingga 50 persen.

Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API), Jemmy Kartiwa Sastraatmadja, sebelumnya menyatakan ancaman resesi global mulai berdampak pada dunia usaha, khususnya penurunan ekspor.

Dia menilai penurunan ekspor komoditas tekstil akan semakin mengkhawatirkan pada tahun 2023. Situasi tersebut tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga di negara-negara pengekspor tekstil terbesar lainnya seperti China, Bangladesh, Vietnam, dan India.

 

***





Loading...