Wednesday, 15 Jan 2025

Tulisan Salib Hanya Disebutkan Dua Kali Dalam Al-Qur'an

news24xx


Al-Qur'an, kitab yang paling benar dan sebagai petunjukAl-Qur'an, kitab yang paling benar dan sebagai petunjuk
https://swastikaadvertising.com/

NEWS24.CO.ID - Beberapa waktu lalu, viral diperbincangkan tampilan spanduk HUT ke-75 RI yang menampilkan bentuk yang tidak patut terlihat. Ustadz Yusuf Mansur, dan KH Abdullah Gymnastiar (Aa Gym), bahkan ikut menyoroti hal itu.

"Sangat bisa dimaklumi bila jadi perbedaan pendapat melihat spanduk resmi pemerintah untuk 17 agustus 2020 ini. Karena memang sekilas seperti ada tanda salib yang besar," sebut Aa Gym dalam tulisannya.

"Juga harus kita maklumi bila ada yang mempertanyakan dan protes. Juga bisa dimaklumi bila ada yang semangat 17-annya jadi berkurang karena merasa kurang nyaman," tulisnya.

"Walau kita berbaik sangka tak ada niat tak adil dibalik semua ini. Namun bisa jadi pelajaran, bagi kita semua, dalam situasi banyak masalah seperti sekarang ini, seyogyanya semua pihak berpikir berlapis lapis, bijaksana dan sangat peka terhadap peluang terjadinya masalah baru yang tak perlu," tuturnya.

"Semoga ulang tahun ke 75 ini, bangsa kita semakin adil dan dewasa serta diberkahi Alloh Pencipta kita semua.. aamiiin Tetap jaga kerukunan dan rasa persaudaraan dalam keberagaman di negeri yang kita cintai ini yaa," pesan Aa Gym di akhir postingannya.

Ustadz Yusuf Mansur juga ikut bersuara. Ia punya pandangan sendiri mengenai spanduk HUT RI tersebut.

"Saya pertama kali melihat, kayak sepintas malah terlihat kayak bendera Jepang," ucap Yusuf Mansur 

"Jika diteliti memang ada lambang salibnya. Tapi, semoga ini hanya karya seni. Kedepan mudah-mudahan lebih hati-hati. Manusia sifatnya salah dan kurang. Benerin dan sempurnain aja sebelum waktunya," ujar Yusuf Mansur.

"Ini hal sensitif. Sebab umat Islam akhir-akhir ini banyak merasakan ketidakadilan ekonomi, sosial, politik, dan lain-lain," kata Ustadz Yusuf Mansur.

"Ya mungkin karena ekspresi cinta agama dan bela agama. Dan ya, ini kan juga dinamakan berbangsa dan bertanah air. Nggak apa-apa, terus belajar dan kita berdoa dan saling mendoakan aja. Supaya terus damai, dan pada bahagia, tenang, adem, tentrem," tutup Yusuf Mansur.


Melihat dalam Al-Qur'an, mengupas tentang salib tidaklah banyak, hanya dua kali disebutkan. 

Dikutip dari kiblatnet, yakni yang pertama, dalam konteks menjelaskan hukum terhadap para kriminalis. Dan yang kedua dalam konteks mengkritisi dan meluruskan penyimpangan yang terjadi dalam teologi umat Nashrani. 

Adalah hal yang wajar Al-Quran menyinggung tentang salib, sebab Al-Quran turun tatkala dunia didominasi 2 imperium besar yang salah satunya menjadikan agama kristen sebagai agama resminya, yakni Romawi Timur. Sampai-sampai dalam Al-Quran terdapat surat khusus yang bermakna Romawi, yaitu surah ar-Rum.

1. Firman Allah tentang hukum bagi para penyamun dan penjahat (kriminalis):

إِنَّمَا جَزَاءُ الَّذِينَ يُحَارِبُونَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَيَسْعَوْنَ فِي الْأَرْضِ فَسَادًا أَنْ يُقَتَّلُوا أَوْ يُصَلَّبُوا أَوْ تُقَطَّعَ أَيْدِيهِمْ وَأَرْجُلُهُمْ مِنْ خِلَافٍ أَوْ يُنْفَوْا مِنَ الْأَرْضِ ذَلِكَ لَهُمْ خِزْيٌ فِي الدُّنْيَا وَلَهُمْ فِي الْآخِرَةِ عَذَابٌ عَظِيمٌ

“Sesungguhnya balasan (hukuman) bagi orang-orang yang memerangi Allah dan Rasul-Nya dan menyebarkan kerusakan di muka bumi adalah mereka dibunuh atau disalib atau tangan dan kaki mereka dipotong secara bersilang atau diasingkan dari negeri tersebut. Hal demikian itu adalah kehinaan bagi mereka di dunia dan bagi mereka di akhirat adzab yang besar.” (QS. Al-Maidah: 33).

Abdullah bin Umar meriwayatkan dari Rasulullah bahwa ayat ini turun berkenaan penduduk Urainah. (HR. An-Nasai: 4041). Penduduk Uraynah pura-pura masuk Islam, lalu murtad dan membunuh seorang peternak unta dan merampok untanya.

Imam asy-Syafii meriwayatkan dari Ibnu Abbas mengenai ayat ini: “Apabila mereka melakukan perampokan harta dan pembunuhan, mereka harus disalib. Apabila mereka hanya membunuh tanpa merampok, maka mereka cukup dibunuh (sebagai qishash) dan tidak disalib. Apabila mereka hanya merampok tanpa membunuh, maka tangan dan kaki mereka dipotong secara bersilang. Apabila mereka hanya melakukan ancaman teror (intimidasi) tanpa melakukan perampokan, mereka cukup diisolasi (diasingkan) dari negeri tersebut.” (Tafsir Ibn Katsir III/100).

Anas menuturkan: “Rasulullah menanyai Jibril mengenai hukuman terhadap orang yang memerangi Allah dan Rasul-Nya.?” Jibril menjawab: “Apabila ia mencuri dan melakukan ancaman teror, maka potong tangannya dan kakinya secara bersilang karena pencurian yang ia lakukan. Apabila ia hanya membunuh, maka ia harus dibunuh. Apabila ia membunuh, melakukan teror  dan melakukan pemerkosaan, maka ia harus disalib. (HR. Ath-Thabari dalam Tafsirnya: 11854).

Maka jelaslah bahwa salib atau penyaliban merupakan simbol kehinaan bagi para kriminalis. Penyaliban merupakan hukuman yang sengaja dibuat demi membuat jera para pelaku kejahatan tingkat tinggi. Ini bukan hanya diterapkan oleh Al-Quran, namun juga dilakukan beberapa kerajaan sebelum Al-Quran, termasuk Romawi. Hanya saja dengan delik yang berbeda. 

Kalau Islam menjatuhkan hukuman penyaliban khusus bagi para kriminalis kelas berat seperti bagi para pemerkosa, pembunuh, perampok kejam, atau pemutilasi, maka imperium-imperium sebelum munculnya Islam cenderung menjadikan penyaliban sebagai hukuman yang sifatnya politis, seperti bagi para penentang mereka atau musuh-musuh politik mereka. Kasarnya, mereka mudah menjatuhkan hukuman penyaliban bagi pelaku kejahatan atau yang mereka anggap jahat dan sesat, seperti yang pernah dituduhkan kepada Nabi Isa yang dijatuhi hukuman salib karena dituduh melakukan kesesatan dan penyesatan.


2. Berhubungan dengan keyakinan, yaitu penafian terhadap tersalibnya Isa putra Maryam.

وَقَوْلِهِمْ إِنَّا قَتَلْنَا الْمَسِيحَ عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ رَسُولَ اللَّهِ وَمَا قَتَلُوهُ وَمَا صَلَبُوهُ وَلَكِنْ شُبِّهَ لَهُمْ وَإِنَّ الَّذِينَ اخْتَلَفُوا فِيهِ لَفِي شَكٍّ مِنْهُ مَا لَهُمْ بِهِ مِنْ عِلْمٍ إِلَّا اتِّبَاعَ الظَّنِّ وَمَا قَتَلُوهُ يَقِينًا

“Dan ucapan mereka, “kami telah membunuh al-Masih Isa putra Maryam Rasul Allah!” Padahal mereka tidaklah membunuhnya dan tidak pula menyalibnya, namun (mereka menyalib) orang yang diserupakan untuk mereka. Dan orang-orang yang berselisih mengenainya (penyaliban Isa) benar-benar berada dalam keraguan. Tidaklah ada bagi mereka ilmu sedikit pun kecuali hanya mengikuti mengikuti dugaan saja, dan tidaklah mereka membunuhnya (Isa) dalam keadaan yakin.” (QS. An-Nisa: 157)

Kandungan ayat ini menyampaikan kritik dan pelurusan terhadap 3 aspek yang berhubungan dengan agama Yudaisme dan Kristen, yakni aspek keyakinan (teologi), aspek sejarah, dan aspek sudut pandangan penganut agama yang memiliki hubungan dengan penyaliban (Yahudi dan Nashrani).

Aspek keyakinan, Al-Quran mengkritisi penyaliban Nabi Isa dan menafikannya. Al-Quran menetapkan adanya peristiwa penyaliban, namun penyaliban itu tidak mengenai Nabi Isa sama sekali, sebab sejatinya yang disalib bukanlah beliau. Ini merupakan kritik terhadap 2 golongan, yaitu Yahudi dan Nashrani. Karena kedua agama ini meyakini bahwa Nabi Isa memang mati tersalib. 

Perbedaan kedua agama ini hanya pada status Isa, kaum Yahudi meyakini Isa tersalib sebagai orang sesat, anak pezina, dan pelaku kejahatan, sedangkan kaum Nashrani memujanya, mengkultuskannya, dan meyakini bahwa penyaliban Isa merupakan takdir yang harus dilalui Isa demi menebus dosa dan kesalahan manusia. 

Maka penyangkalan Al-Quran terhadap penyaliban Nabi Isa langsung meruntuhkan doktrin dan penyimpangan yang berkembang pada kedua agama tersebut sekaligus. Ini merupakan salah satu keindahan retorika Al-Quran.

Aspek sejarah, Al-Quran menerangkan hakikat fakta dan kenyataan yang sebenarnya. Al-Quran meluruskan peristiwa sejarah yang telah berurat berakar selama kurang lebih 6 abad di tubuh penganut kedua agama tersebut. Ini bukan kritikan main-main dari Al-Quran, karena akan “melukai” teologi 2 agama besar. 

Bukan hanya itu, ini juga merupakan kritik pada sisi historis agama Kristen yang lahir dari dan muncul melalui doktrin penyaliban. Artinya, Al-Quran meruntuhkan seluruh dogma agama Kristen. Tidak ada Kristen tanpa salib.

Aspek sudut pandang kedua penganut agama (Yahudi dan Nashrani). Dari ayat ini Al-Quran juga meluruskan sudut pandangan kedua penganut agama yang berselisih mengenai Isa. 

Al-Quran membantah tuduhan keji kaum Yahudi terhadap Isa dan Maryam ibunya serta fitnah mereka tentang kesesatan Isa yang karena itulah mereka berusaha menyalib Isa demi menghinakan beliau. 

Sebab dalam doktrin Yahudi, orang yang mati di kayu salib adalah orang yang hina, maka Allah pun menyelamatkan Isa dari kehinaan tersebut sehingga menjadikan celaan mereka menjadi tidak berdasar sama sekali. 

Sedangkan bagi kaum Nasrani, Allah meruntuhkan doktrin mereka tentang salib dengan menyangkal penyaliban Isa. Sebab, seluruh sekte kaum Nasrani tidak berbeda mengenai salib. Mereka disatukan oleh salib dan doktrin penyaliban Isa, meski mereka berbeda pandangan mengenai beberapa aspek teologis terkait pengkultusan terhadap Nabi Isa. 

Bahkan sumber penyimpangan mereka adalah keyakinan terhadap penyaliban Nabi Isa. Dalam artian, Al-Quran bukan hanya mengkritisi keyakinan kaum Nasrani, tetapi juga simbol mereka, simbol pemersatu mereka, dan pondasi seluruh keyakinan mereka. ***

 





Loading...