Friday, 19 Apr 2024

Awan Arcus Bak Gelombang Tsunami Disebut Bisa Bertahan Hingga 6 Jam, Ini Penyebabnya

news24xx


Ini penampakan awan arcus bagai gelombang tsunami menyelimuti langit di Aceh Barat, Senin. Ini penampakan awan arcus bagai gelombang tsunami menyelimuti langit di Aceh Barat, Senin.
https://swastikaadvertising.com/

NEWS24.CO.ID -  Warga sekitar Aceh Barat kemarin sempat panik melihat awan raksasa bak gelombang tsunami menyelimuti langit di daerah mereka. 

Itu adalah fenomena awan arcus. 

Kepala Subbidang Informasi Iklim dan Kualitas Udara BMKG, Siswanto menyatakan fenomena Awan  Arcus bisa berlangsung hingga beberapa jam.

Dia mengatakan ketahanan awan itu tergantung dari komposisi awan tersebut.

"(Awan Arcus) ini bergantung pada Cumulonimbus yang terbentuk, tunggal apa multi sel atau gabungan," ujar Siswanto kepada CNNIndonesia.com, Senin (10/8).

Siswanto menuturkan awan Arcus tunggal biasanya akan berlangsung dalam waktu singkat, sekitar 30 menit hingga 1 jam. Sedangkan gabungan yang bisa berlangsung hingga 6 jam.

Penyebab terbentuknya awan Arcus di Aceh

Siswanto menjelaskan mekanisme terbentuknya awan Arcus adalah ketika aliran udara dingin turun dari awan Cumulonimbus mencapai tanah. Kemudian udara dingin dapat menyebar dengan cepat di sepanjang permukaan dan mendorong udara lembab hangat yang ada ke atas.

Saat udara ini naik, uap air mengembun menjadi pola yang membentuk awan baru, seperti anak Cumulonimbus yang dinamai sebagai awan Arcus.

"Awan baru ini dapat membentuk gulungan akibat geser angin, yaitu arah angin di bagian atas awan yang berbeda arahnya dengan arah angin di bagian bawah," ujarnya.

Di sisi lain, Siswanto berkata awan Arcus terbentuk pada saat musim kemarau di bagian selatan Indonesia karena angin timuran monsun Australia. Ketika melewati ekuator, angin monsun dibelokkan menjadi angin barat daya.

Di atas wilayah Aceh, dia menuturkan angin itu berhembus menuju semenanjung Malaysia.

"Ketika melewati perairan Samudera Hindia dan pegunungan Pulau Sumatera, angin ini dapat menciptakan kondisi atmosfer yang tidak stabil sehingga kondusif untuk pertumbuhan awan," ujar Siswanto.

Bila sangat kuat ketidakstabilan atmosfer itu dapat menumbuhkan awan super besar, yaitu Cumulonimbus yang dapat bergabung satu sama lain membentuk squalline.

N24. 





Loading...