Friday, 19 Apr 2024

BI Riau Sebutkan Faktor Yang Memperlambat Pertumbuhan Ekonomi Riau

news24xx


Decymus, Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi RiauDecymus, Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Riau
https://swastikaadvertising.com/

NEWS24.CO.ID, Pekanbaru - Lesunya kegiatan usaha di Riau sejak tiga bulan terakhir disebabkan karena faktor cuaca dan iklim yang terjadi. Kabut asap menjadi permasalahan pelaku usaha dalam melakukan aktifitas. 

Syachman Perdymer dari Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia Pusat dalam acara Capacity Building Wartawan di wilayah kerja Bank Indonesia Kpw Riau, pada Sabtu (5/10/19), mengatakan, "Pertumbuhan ekonomi global mengalami perlambatan, termasuk di wilayah Riau."

"Perlambatan ini juga terjadi di perdagangan dunia dan harga komoditas. Termasuk harga minyak dunia dan harga komoditas ekspor Indonesia. CPO, tembaga dan batubara juga melambat. Indeks ekspor Indonesia turun hingga minus 3,4 persen," terang dia.

Syachman juga menjelaskan banyak faktor kelebihan lainnya lagi yang dimiliki Indonesia untuk optimis akan kemasukan aliran modal asing.

"Dalam data menunjukkan triwulan II 2019 aliran modal masuk ke Indonesia masih surplus, dan pada triwulan III hingga Juli 2019 aliran modal masuk positif," ujar Syachman.

Disebutkannya untuk di dunia, suku bunga semua negara turun, tetapi Indonesia masih lebih baik dari negara lain.

"Pada triwulan III 2019, kegiatan ekonomi diindikasikan tetap tumbuh positif meski melambat. Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) menyebutkan Saldo Bersih Tertimbang (SBT) sebesar 13,39% atau lebih rendah dari 19,17% pada triwulan sebelumnya.


Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Riau, Decymus, pada Kamis (10/10/2019), menjelaskan pertumbuhan kegiatan usaha tetap positif, antara lain ditopang sektor konstruksi yang tumbuh meningkat.

"Target pertumbuhan ekonomi Riau terkoreksi membaik dari sebelumnya. Rentang persentase 2,6 hingga 3 persen, menjadi 2,4 hingga 2,8 persen. Kalo dilihat, ini masih berkisar di target," terang Decymus.

"Perlambatan kegiatan usaha terutama terjadi pada sektor pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan dan perikanan, khususnya pada subsektor pertanian tanaman bahan makanan yang dipengaruhi oleh faktor musim kemarau yang berkepanjangan," ujarnya.

"Faktor lainnya yang turut memberikn dampak ekonomi adalah karhutla dan kabut asap. Dari data di BI tercatat sebanyak lebih dari 49 ribu hektar lahan yang terbakar. Kemudian durasi kabut asap yang telah tiga bulan terjadi. Tapi ini berbeda dari tahun sebelumnya (tahun 2015) yang kabut asap menyelimuti selama empat bulan," jelasnya.

Ia menjelaskan pada sektor perkebunan produksi sawit yang tumbuh hanya sebesar 9,8 persen, dan lebih rendah dari tahun 2015 yang sebesar 12,62 persen.

"Penurunan lainnya juga terjadi pada bisnis perhotelan dan penerbangan. Untuk perhotelan menurun sebesar 3 persen dari triwulan sebelumnya. Sedangkan pada sektor penerbangan, aktifitas terganggu pada pagi dan sore hari. Batalnya penerbangan terganggu dari total sebanyak 49 jadwal perhari. Dari data, batal penerbangan itu pernah sebanyak 10 kali dalam sehari," terangnya.

Kemudian, ia juga mengatakan aktifitas lainnya yang terganggu. "Lebih dari 10 hari libur sekolah. Dan di dinas kesehatan tercatat jumlah penderita ISPA naik menjadi 72 persen. Konsumsi energi listrik naik 3,1 persen. Dan sektor perdagangan turun sebesar 2,15 persen.

Menurut dia, pertumbuhan kegiatan usaha yang tetap positif diprakirakan ditopang terutama oleh sektor konstruksi dan sebagian besar sektor tersier. Optimisme terhadap kegiatan usaha ke depan juga tercermin dari prakiraan investasi dan penggunaan tenaga kerja yang meningkat pada triwulan IV 2019.

 





Loading...