Wednesday, 17 Apr 2024

Taman Rimba Merektrut Beberapa Dokter Hewan Setelah Beberapa Satwa Tewas Mengenaskan

news24xx


Taman RimbaTaman Rimba
https://swastikaadvertising.com/

NEWS24.CO.ID - Menyusul kematian singa Afrika dan harimau Sumatra baru-baru ini, Taman Rimba Jambi mengakui bahwa kebun binatang tersebut sangat membutuhkan lebih banyak dokter hewan untuk merawat hewan-hewannya.

Baru-baru ini, Singa Afrika bernama Shiro dan harimau betina Sumatra bernama Ayu di kebun binatang meninggal karena sakit. Shiro yang berusia dua tahun meninggal pada 19 Januari karena jantung yang membesar dan Ayu yang berusia 8 tahun meninggal pada 26 Januari karena pneumonia, menurut Antara.

Kematian mereka telah meninggalkan Taman Rimba dengan tiga singa betina dan satu harimau.

Kepala Badan Konservasi Sumber Daya Alam Jambi (BKSDA) Rahmat Saleh mengatakan bahwa kebun binatang hanya memiliki satu dokter hewan praktik umum yang mulai bekerja hanya sebulan yang lalu. Idealnya, kebun binatang harus memiliki dokter hewan yang dibantu oleh tiga perawat hewan.

"Kita harus mengakui bahwa para pejabat [di kebun binatang], termasuk dokter hewan, bukan ahli di bidangnya. Jadi [kematian hewan] tidak mengejutkan," kata Rahmat.

Kepala unit manajemen teknis Taman Rimba (UPTD), Taufik Bukhori, sependapat dengan pernyataan Rahmat, mengatakan bahwa kebun binatang membutuhkan setidaknya satu dokter hewan berpengalaman yang bisa merawat hewan dan kesehatan mereka.

Namun, Taufik mengatakan bahwa dokter hewan tambahan tidak dapat direkrut segera, karena keputusan itu perlu memenuhi kebijakan tertentu dan juga karena itu tergantung pada anggaran provinsi. BKSDA dengan demikian mendesak agar kebun binatang diprivatisasi, katanya.

"Kami bertemu dengan pemerintah provinsi Jambi pekan lalu, dan mereka berjanji untuk mengatasi masalah ini," kata Taufik.

UPTD adalah divisi regional dari administrasi Jambi yang mengelola Taman Rimba dan memiliki alokasi anggaran sebesar Rp 2,6 miliar (US $ 184.694) per tahun untuk pemeliharaan kebun binatang. Dari jumlah ini, Rp 1,3 miliar digunakan untuk memberi makan hewan.

Manajer proyek konservasi harimau Yoan Dinata dari program Zoological Society of London (ZSL) Indonesia mengatakan bahwa kematian hewan yang terancam punah harus menjadi titik balik bagi kebun binatang untuk mengubah pengelolaannya. Yoan mengatakan bahwa hal yang paling penting bagi manajemen adalah memprioritaskan perlindungan dan pelestarian hewan liar. "Kita tidak bisa membiarkan harimau Sumatra hanya ada dalam legenda," katanya.

 

 

 

 

NEWS24.CO.ID/RED/DEV





Loading...